Program Rumah Gizi Aisyiyah untuk Atasi Stunting

Bagikan ke :

Program Rumah Gizi Aisyiyah untuk Atasi Stunting

Apakah yang dimaksud dengan GIZI :

Gizi adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan
tubuh. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat
gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh yaitu jenis kelamin,
umur dan status kesehatan.

Rumah Gizi merupakan pusat rehabilitasi gizi dengan pelayanan gizi secara
komprehesif terhadap balita gizi buruk maupun gizi kurang, gangguan
kekurangan yodium serta permasalahan gizi berdasarkan kondisi individual
anak.

Rumah gizi ini di jadikan sebagai wadah untuk mengatasi kasus stunting atau
tumbuh kembang anak yang mengalami masalah tentang gizi.

Kegiatan ini di laksanakan oleh pemerintah daerah bersama dengan tim
penggerak PKK, Pemerintah Desa, Puskesmas, PLKB/PKB, Keluarga yang
memiliki balita, Kader Posyandu, Tokoh masyarakat serta seluruh komponen
masyarakat yang ada.

Stunting adalah gagal tumbuh akibat kurangnya asupan gizi, di mana dalam jangka
pendek dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme, dan
pertumbuhan fisik pada anak. Sementara, dalam jangka panjang, dampak stunting
adalah sebagai berikut: Kesulitan belajar. Penyakit jantung dan pembuluh darah.

Cita-cita pembangunan Indonesia untuk mewujudkan Generasi Emas 2045.
Pencegahan stunting harus jadi prioritas agar terealisasi. Karenanya, Sekretaris PP
Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah, turut menginisiasi program Rumah Gizi.

la menjelaskan, Rumah Gizi menjadi usaha penurunan stunting berbasis komunitas.
Pendekatan berbasis komunitas sangat penting mengingat Indonesia negara yang
masyarakatnya komunal. Terdapat tujuh program cakupan dalam Rumah Gizi
diantaranya :

  1. Edukasi bagi remaja khususnya Catin.
    Edukasi bagi Ibu hamil.
  2. Edukasi bagi Ibu menyusui.
  3. Konseling gizi maupun menyusui.
  4. Pengolahan makanan bergizi.
  5. Pemberian makanan bergizi.

Lumbung gizi bisa berupa kebun, kolam, atau ternak untuk memenuhi
kebutuhan sumber gizi.

Kemudian, sanitasi dan PHBS, serta dukungan keluarga maupun tokoh agama dan
masyarakat. Dukungan keluarga baik itu suami maupun nenek atau pengasuh
sangat penting mencegah stunting, dapat dilakukan dengan memberi edukasi
pencegahan.

Apa yang dilakukan Aisyiyah melalui Rumah Gizi diharapkan dapat berkontribusi ke
lima pilar penurunan stunting dan bagian strategi percepatan penurunan stunting. Tri
menyampaikan, kelima pilar tersebut meliputi : 7). kornitmen dan visi pimpinan, 2).
Kampanye dan merubah perilaku, 3). konvergensi, koordinasi dan konsultasi
program pusat, daerah dan desa, 4). ketahanan pangan dan gizi, 5). pemantauan
evaluasi. Rumah Gizi berkontribusi ke pilar kampanye, perubahan perilaku serta
ketahanan pangan.

Stunting disebabkan banyak faktor. Yang langsung seperti kekurangan gizi, penyakit
infeksi, akses layanan kesehatan, sanitasi dan pola asuh. Temuan Aisyiyah tidak
sedikit warga miskin, stunting, belum dapat perlindungan sosial.

Hal ini membuat mereka tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Namun ada pula
penyebab tidak langsung dan menjadi akar masalah dari stunting seperti persoalan
kemiskinan, budaya, hingga ketidakadilan gender. Budaya juga memegang peran
kuat seperti yang menomorsatukan laki-laki, termasuk konsumsi makan sehari-hari.
Belum lagi minimnya pembagian peran suami dan istri, sehingga perempuan
mengalami beban berlebih dan menghambat pencegahan stunting.

Dengan keadaan Gizi buruk (malnutrisi) dan pendek badan anak (stunting) yang
merupakan permasalahan kesehatan di Indonesia, oleh karena itu ‘Aisyiyah sebagai
salah satu organisasi kemasyarakatan melalui program kesehatannya telah
mendampingi pemerintah menjalankan program-program guna menurunkan angka
malnutrisi dan stunting di Indonesia. Salah satunya adalah melalui program Rumah
Gizi di beberapa kabupaten di tanah air. Melalui pendekatan kualitatif, dengan
metode wawancara mendalam dan analisa dokumen, studi ini bertujuan untuk
menjelaskan dan menganalisis implementasi program Rumah Gizi “Aisyiyah di tiga
daerah yaitu Kabupaten Cianjur, Sambas, dan Mamuju. Melalui analisis kritis-budaya,
yakni modernitas refleksif dalam pendekatan komunikasi kesehatan, hasil studi ini
menunjukkan bahwa keberhasilan penerapan program kampanye dan advokasi
Rumah Gizi untuk menurunkan angka malnutrisi dan stunting di wilayah studi
melibatkan pendekatan budaya dan agama yang terintegrasi disamping penguatan
dan pemberdayaan perempuan.
Sumedang, 16
Maret 2024

Oleh : Yeyet Suharyani (PCA Aisyiyah Tanjungkerta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *